MASA NIFAS
a. Nifas atau puerperium adalah periode
waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak
hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar enam minggu (Fairer, Helen, 2001:225)
b. Infeksi nifas adalah infeksi pada
dan melalui traktus genetalis setelah persalinan. Suhu 38 °C atau lebih yang
terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan diukur peroral sedikitnya empat kali
sehari.
Masa Nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir
ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan
berlangsung kira - kira 6 minggu.
Setelah persalinan,terjadi beberapa perubahan penting diantaranya makin meningkatkan pembentikan urine untuk mengurangi hemodilusi darah,terjadi beberapa penyerapan bahan tertentu melalui pembuluh darah venasehingga mengalami peningkatan suhu badan sekitar 0,5¬¬C yang bukan merupakan keadaan patologis menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman ke dalam tubuh,sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas.
Setelah persalinan,terjadi beberapa perubahan penting diantaranya makin meningkatkan pembentikan urine untuk mengurangi hemodilusi darah,terjadi beberapa penyerapan bahan tertentu melalui pembuluh darah venasehingga mengalami peningkatan suhu badan sekitar 0,5¬¬C yang bukan merupakan keadaan patologis menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman ke dalam tubuh,sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas.
Infeksi kala nifas adalah infeksi-perdangan pada semua alat genetalia pada
masa nifas oleh sebab apapun dengan kententuan meningkatnya suhu badan melebihi
38 C tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama 2 hari. Masuknya
kuman-kuman dapat terjadi dalam kehamilan,waktu persalinan dan nifas. Hal ini
dapat mengakibatkan demam nifas yaitu demam dalam nifas.
2.2 JENIS-JENIS INFEKSI
a.
Infeksi pada perineum, vulva, vagina
dan serviks
Gejalanya
berupa rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi dan kadang-kadang perih bila
kencing. Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu
sekitar 38°C dan nadi di bawah 100 per menit. Bila luka terinfeksi tertutup
oleh jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 39 –
40°C dengan kadang-kadang disertai menggigil.
b.
Endometritis
Jenis
infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-kuman memasuki
endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta, dan dalam waktu
singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang
tidak seberapa patogen radang terbatas pada endometritium.
Gambaran
klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita, dan derajat
trauma pada jalan lahir. Biasanya demam mulai 48 jam postpartum dan bersifat
naik turun (remittens). His royan dan lebih nyeri dari biasa dan lebih lama
dirasakan. Lochia bertambah banyak, berwarna merah atau coklat dan berbau.
Lochia berbau tidak selalu menyertai endometritis sebagai gejala. Sering ada
sub involusi. Leucocyt naik antara 15000-30000/mm³.
Kadang-kadang
lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini
dinamakan lokiametra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada
endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek. Pada
endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan nyeri perut
pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat,
akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih
satu minggu keadaan sudah normal kembali. Lokia pada endometritis, biasanya
bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal ini tidak boleh dianggap infeksinya
berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokia yang sedikit dan
tidak berbau.
Sakit kepala, kurang tidur dan
kurang nafsu makan dapat mengganggu penderita. Kalau infeksi tidak meluas maka
suhu turun dengan berangsur-angsur dan turun pada hari ke 7-10. Pasien
sedapatnya diisolasi, tapi bayi boleh terus menyusu pada ibunya. Untuk
kelancaran pengaliran lochia, pasien boleh diletakkan dalam letak fowler dan
diberi juga uterustonika. Pasien disuruh minum banyak
c.
Septicemia dan piemia
Kedua-duanya
merupakan infeksi berat namun gejala-gejala septicemia lebih mendadak dari
piemia. Pada septicemia, dari permulaan penderita sudah sakit dan lemah. Sampai
tiga hari postpartum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai menggigil.
Selanjutnya, suhu berkisar antara 39 – 40°C, keadaan umum cepat memburuk, nadi
menjadi cepat (140 – 160 kali/menit atau lebih). Penderita meninggal dalam enam
sampai tujuh hari postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi
seperti piemia.
Pada
piemia, penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri, dan
suhu agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi
serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus memasuki peredaran
darah umum. Suatu ciri khusus pada piemia ialah berulang-ulang suhu meningkat
dengan cepat disertai menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu. Ini
terjadi pada saat dilepaskannya embolus dari tromboflebitis pelvika. Lambat
laun timbul gejala abses pada paru-paru, pneumonia dan pleuritis. Embolus dapat
pula menyebabkan abses-abses di beberapa tempat lain.
d.
Parametritis
Parametritis
adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi beberapa jalan :
Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari endometritis.
Penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum.
Penyebaran sekunder dari tromboflebitis. Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas, dapat diraba pada dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau pada fossa iliaka.
Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari endometritis.
Penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum.
Penyebaran sekunder dari tromboflebitis. Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas, dapat diraba pada dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau pada fossa iliaka.
Parametritis
ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila suhu tinggi
menetap lebih dari seminggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri
pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan
parametritis. Pada perkembangan proses peradangan lebih lanjut gejala-gejala
parametritis menjadi lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan
padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan
tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan
yang meradang itu bisa tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi
secara menetap menjadi naik-turun disertai dengan menggigil. Penderita tampak
sakit, nadi cepat, dan perut nyeri. Dalam dua pentiga kasus tidak terjadi pembentukan
abses, dan suhu menurun dalam beberapa minggu. Tumor di sebelah uterus mengecil
sedikit demi sedikit, dan akhirnya terdapat parametrium yang kaku. Jika terjadi
abses, nanah harus dikeluarkan karena selalu ada bahaya bahwa abses mencari
jalan ke rongga perut yang menyebabkan peritonitis, ke rektum, atau ke kandung
kencing.
e.
Peritonitis
Peritonitis
dapat berasal dari penyebaran melalui pembuluh limfe uterus, parametritis yang
meluas ke peritoneum, salpingo-ooforitis meluas ke peritoneum atau langsung sewaktu
tindakan perabdominal. Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya
endometritis, tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan
salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa
abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga peritoneum dan
menyebabkan peritonitis.
Peritonitis,
yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis.
Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum. Penderita
demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada
pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya
terkumpul dalam kavum douglas harus dikeluarkan dengan kolpotomia posterior
untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau kandung kencing.
Peritonitis
umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan penyakit berat.
Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri,
ada defense musculaire. Muka penderita, yang mula-mula kemerah-merahan, menjadi
pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat apa yang dinamakan facies
hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi. Peritonitis yang terlokalisir
hanya dalam rongga pelvis disebut pelvioperitonitis, bila meluas ke seluruh
rongga peritoneum disebut peritonitis umum, dan ini sangat berbahaya yang
menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian akibat infeksi.
f. Salpingitis dan ooforitis
Gejala salpingitis dan ooforitis
tidak dapat di pisahkan dari pelvio peritonitis.
PENCEGAHAN
INFEKSI SELAMA MASA NIFAS
ð Pencegahan infeksi selama nifas
antara lain
ð Perawatan luka post partum dengan
teknik aseptic
ð Semua alat dan kain yang berhubungan
dengan daerah genital harus suci hama
ð Penderita dengan infeksi nifas
sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu nifas yang
sehat.
ð Membatasi tamu yang berkunjung.
ð Mobilisasi dini.
MASALAH LAIN YANG BIASA DIHADAPI PADA MASA NIFAS
a.
Masalah nyeri
sebagian
wanita mengalami rasa nyeri meskipun persalinan normal 8-60 jam
post partum : nyeri pada shymphisis
3-4 hari pertama, nyeri perineum, dysuria, nyeri leher atau punggung dengan ibu
mendapat anastesi general bedrest dan pemberian analgesik.
c.
NYERI PERINEUM
ð Ibu nifas mengalami nyeri tidak
lebih dari 8 minggu.
ð Penyebab : trauma persalinan dan
penjahitan robekan perineum.
ð Cara mengatasi :
-
meletakkan potongan es diatas genetalia,
-
duduk didalam air hangat atau air dingin,
-
lakukan kegel exercise.
d.
HEMOROID
Ø Penyebab : wanita yang cenderung
mengalami konstipasi, penanganan pembuluh darah pada bagian anus dan rektum
pada saat meneran.
Ø Cara mengatasi: duduk diatas air
hangat atau dingin, hindari duduk terlalu lama, banyak minum dan banyak makan
makanan berserat, pemberian analgesik.
f.
NYERI PADA PAYUDARA
Ø hal yang dilakukan pada upaya
pencegahan :
-
pemberian ASI sedini mungkin,
-
pemberian Asi setiap 2-3 jam dan jangan memberikan bayi
minum air atau suplemen lain,
-
gunakan kedua payudara secara bergantian ketika menyusui.
Ø Cara mengurangi masalah:
-
kompres air hangat pada payudara,
-
jika puting bengkak, perah secara manual,
-
Gunakan penompang yang baik,
-
beri paracetamol untuk penghilang nyeri,
-
perawatan payudara
PUTING
SUSU
Cara mengatasi :
-
tekhnik menyusui yang benar,
-
gunakan
kantong sebelum menyusui.
PERAWATAN
PERINEUM
ð Penghangatan dan berendam
ð Tujuan: mengurangi ketidaknyamanan,
kebersihan, mencegah infeksi, mempercepat penyembuhan.
ð PRINSIP UNIVERSAL :
-
mencegah kontaminasi dari rektum,
-
menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma,
-
membersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan
bau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar