Loading

Sabtu, 11 Januari 2014

PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN
 
2.1  CYTOMEGALO VIRUS ( CMV )
2.1.1  Pengertian
CMV adalah virus DNA yang merupakan anggota keluarga Herves Virus sehingga menimbulkan kemampuan latensi. Virus ini merupakan penyebab infeksi perinatal tersering. Bukti infeksi pada janin ditemukan 0,5 sampai 2 % dari semua neonatus.
Cytomegalovirus atau lebih sering di sebut dengan CMV adalah infeksi oportiunistik yang berhubungan dengan HIV. Virus ini dibawa oleh sekitar 50% populasi dan 90% penderita dengan HIV. Cytomegalovirus juga merupakan anggota keluarga virus herpes yang biasa disebut herpes viridae. CMV sering disebut sebagai dapat berakibat fatal, atau dapat juga hanya diam didalam tubuh penderita seumur hidupnya.
2.1.2  Epidemiologi
Human Cytomegalovirus (HCMV/CMV) atau human herpes virus 5 ditularkan melalui kontak intim dan atau berulang dengan pengidap virus, melalui transmisi vertikaldari ibu ke janin, transfus produk darah dan transplantasi oragan atau sum-sum tulang dan donor sero positif CMV. Virus dapat ditemukan dalam urine, sekresi orofaring, sekresi serviks, vagina, semen, ASI, air mata, dan darah.
CMV dapat menyebabkan infeksi primer atau rekuan sekunder dapat menyebabkan infeksi kongenital. Infeksi CMV kongenital dapat terjadi pada bayi seorang ibu yang imun terhadap CMV meskipun terdapat antibody dalam serum ibu. Disamping itu ibu dapat melahirkan lebih dari seorang bayi dengan infeksi kongenital yang disebabkan reaktivitas infeksi laten. Diduga infeksi CMV kongenital simptomatik terjadi dalam trimester I  atau II, terutama bila mengakibatkan kerusakan susunan syaraf pusat.
Janin dan bayi yang baru lahir dapat terinfeksi CMV karena tertular dari ibunya yang baru terinfeksi pada saat hamil. Atau ia terinfeksi lagi (oleh CMV jenis yang sama atau jenis lain) pada saat hamil.
Penularan dari ibu kepada janin atau bayinya dapat terjadi pada saat:
a.       Bayi masih dalam kandungan (infeksi prenatal) dimana virus ditularkan melalui darah, plasenta, yang menyebabkan infeksi kongenital atau infeksi bawaan.
b.      Proses melahirkan, dimana bayi kontak langsung dengan lendir vagina/ serviks sang ibu yang mengandung CMV.
c.       Setelah lahir, (infeksi postnatal)terutama kontak dengan ASI dan air liur.
Terjadinya penularan dan tingkat keparahan infeksi pada janin dan bayi bervariasi, tergantung tipe infeksi yang terjadi pada ibu. Jika ibu terinfeksi pertama kali pada saat kehamilan (infeksi primer), maka kemungkinan janin tertular sekitar 20-40%, dan tampak pada janin lebih parah sekitar 10-15% janin yang terinfeksi mengalami gejala klinis pada saat dilahirkan. Pada infeksi pada ibu terjadi sebelum hamil. Terjadinya penularan pada bayi lebih kecilyaitu 0, 2- 2 ,2% dan pada umumnya bayi jarang menunjukkan gejala klinis pada saat dilahirkan.
Frekuensi infeksi intrauterin pada infeksi maternal primer jauh lebih tinggi daripada infeksi maternal rekuren, yaitu 40% berbanding 1%. Demikian juga gejala sekuelensinyajauh lebih sering pada bayi terinfeksi kongenital dari ibu dengan infeksi primer sewaktu atau beberapa waktu sebelum kehamilannya kurang lebih 1% (antara 0,4- 2,3%) bayi baru lahir terinfeksi CMV merupakan infeksi kongenital yang paling sering terjadi p[ada manusia. Sebanyak 5%-10% bayi-bayi tersebut akan menunjukkan gejala-gejala (sympomatik)npada masa bayi dan akan mengalami sekuele neorologik.
Sisanya sebanyak 90%-95% bayi tidak menunjukkan gejala (asymptomatik) sewaktu dilahirkan. Sebanyak 13- 24% bayi-bayi asymptomatik tersebut dapat mengalami cacat bermakna dikemudian hari seperti tuli saraf dan gangguan perkembangan sekitar 2-28% ibu hamil yang terinfeksi dapat menularkan CMV kepada bayinya melalui lendir vagina/serviks pada saat proses persalinan. Rata-rata 50% bayi yang terpapar CMV akan mengalami infeksi muncul pada usia bayi 4-6 minggu.
ASI yang terinfeksi mengandung CMV dapat menjadi sumber penularan bagi bayi pada saat penularan bagi bayi pada saat menyusui. Rata-rata 50-60% bayi yang mengkonsumsi ASI mnegandung CMV akan terinfeksi. Tetapi karena CMV yang terdapat pada ASI umumnya akibat reaktifitas virus (infeksi sekunder) maka kebanyakan bayi yang tertular tidak sakit karena telah memiliki antibodi dari ibunya. Tingkat antibodi maternal tidak mempengaruhi frekuensi dan onset infeksi paad bayinya.
Virus ditularkan melalui cara-cara berikut ini.
1. Secara Horizontal melalui percikan ludah, air liur (saliva), dan urine.
2. Secara vertikal dari ibu ke janin.
3. Sebagai Penyakit menular seksual
2.1.3  Tanda dan Gejala
Pada manusia sehat dengan kehamilan atau imunokompeten penyakit infeksi CMV seringkali asymptomatik. Gejala yang kadang timbul berupa gejala mirip mononukleus tanpa disertai faringitis, tonsillitis, atau limfadenopati. Penularan secara vertikal pada infeksi primer ataupun sekunder /rekuren belum dapat diprediksi. Janin dalam kandungan tidak akan dapat terinfeksi baik pada infeksi primer maupun sekunder/rekuren. Pada infeksi CMV kongenital sympomatikdiagnosisnya dapat diperlukan secara klinis manifestasi klinisnya antara lain berupa retardasi pertumbuhan, intrauterin, kuning, hepatosplenomegali, asites, petekie, atau pupura, pneumonitis, trombositopenia, hepatitis, hiperbilirubinemia, dan anemia himolitik.
2.1.4  Diagnosa
Infeksi CMV pada ibu hamil dapat memberikan  gejala asyptomatis atau gejala tidak khas dan mempunyai spectrum yang luas sehingga memerlukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis. Bila pemeriksaan serologis menunjukkan hasil negatif ataupun positif maka perlu dilakukan konseling untuk mencegah infeksi CMV baik primer maupun sekunder /rekuren. Pada skrinning ibu hamil dengan pemeriksaan serologis digunakan kombinasi anti-CMV igG dan igm pada ibu hamil kurang dari 12minggu. Pada ibu seronegatif dilakukan pemeriksaan ulangan pada kehamilan 6-18 minggu. Pada ibu dengan serokonversi atau anti-CMV positif dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Penentuan infeksi CMV aktif daapt juga ditentukan oleh pemeriksaan antigenemiam, deteksi dan pengukuran dengan pp65 pada leukositdara tepi hasil pemeriksaan antigenemia mempunyai sensitivitas 60-70%.
1. Prenatal
Efek infeksi pada janin di deteksi dengan USG, CT Scan atau MRI. Dapat dijumpai mikrosefalus, ventrikulomegali atau kalsifikasi sereblum.
Amniosintesis dilakukan untuk biakan virus atau kordosintesis untuk mendeteksi IgM dalam memastikan kecurigaan kasus infeksi primer.
2. Maternal
Dengan mengisolasi virus dalam biakan urine/sekresi atau uji serologi
2.1.5  Dampak Pada Kehamilan
Tidak terdapat bukti bahwa kehamilan meningkatkan risiko. Risiko penularan pada janin tertinggi dalam trimester pertama dan kedua, sementara infeksi trimester ketiga biasanya tanpa gejal sisa. Infeksi 10-20 % simtomatik sewaktu lahir, Contoh IUGR, karioretinitis, mikrosefali, pengapuran otak, hepato plasmomegali dan hidrosefalus. Infeksi 80-90 % asimptomatik sewaktu lahir, tetapi menunjukkan keterbelakangan mental seperti gsngguan visual, kehilangan pendengaran yang progresif dan perkembangan psikomotorik terlambat.
2.1.6  Pemeriksaan Laboratorium
1. Anti CRV IgM dan IgG, IgG aviditas
2. Pemeriksaan dilakukan pada saat ibu merencanakan kehamilan, awal kehamilan, selanjutnya dipantau setiap trimester sampai akhir kehamilan jika hasil pemeriksaan sebelumnya negatif.
2.1.7  Hasil dan Tindak Lanjut
1. IgG  (-): periksa ulang beberapa minggu kemudian, jika hasil tetap IgG (-) berarti tidak terinfeksi dan lakukan langkah pencegahan. Sementara itu jika IgG (+): lakukan pemeriksaan konfirmasi IgM dan IgG aviditas. Jika IgM (+) dan IgG aviditas rendah berarti infeksi primer perlu pemeriksaan lebih lanjut apakah janin terinfeksi atau tidak.
2. IgG (+): sudah pernah terinfeksi dimasa lalu, karena itu sudah kebal terhadap CRV. Tidak diperlukan pemeriksaan lanjut, kecuali pada kehamilan berikut untuk melihat jumlah titer IgG, apakah masih mencukupi atau tidak.
2.1.8  Pencegahan
Kesehatan perlu dijaga dengan baik pada situasi yang beresiko tinggi. Misalnya tersedia unit rawat intensif neonatal, pusat rawat berobat jalan dan unit dialisis. Transfusi ibu dengan darah positif CMV harus dihindari.
2.2  RUBELLA
2.2.1  Pengertian
Rubella (campak Jerman) adalah infeksi virus yang menyebabkan infeksi kronik intrauterin, mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin. Rubella disebabkan oleh virus plemorfis yang mengandung RNA. Virus ini ditularkan melalui droplet dari ibu hamil kepada janin.
Infeksi virus Rubella merupakan penyakit ringan pada anak dan dewasa, tetapi apabila terjadi pada ibu yang sedang mengandung virus ini dapat menembus dinding plasenta dan langsung menyerang janin. Rubella atau dikenal juga dengan nama campak jerman adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Rubella. Virus biasanya menginfeksi tubuh melalui pernafasan seperti hidung dan tenggorokan. Anak-anak biasanya lebih cepat sembuh dibandingkan orang dewasa.
2.2.2  Epidemiologi
Virus ini menular melalui udara. Selain itu virus Rubella dapat ditularkan melalui urine, kontak pernafasan, dan memiliki masa inkubasi 2-3 minggu. Penderita dapat menularkan virus selamaseminggu sebelum dan sesudah timbulnya Rush (ruam) pada kulit. Rash Rubella berwarna merah jambu, akan menghilang 2-3 hari, dan tidak selalu muncul dalam setiap kasus infeksi. Sindroma kongenital terjadi pada 25% atau lebih pada bayi yang lahir dari ibu yang menderita rubella pada trimester pertama. Jika ibu menderita infeksi ini setelah kehamilan berusia lebih dari 20 minggu, jarang terjadi kelainan bawaan pada bayi. Kelainan bawaan yang bisa ditemukan pada bayi baru lahir adalah tuli, katarak, mikrosefalus, keterbelakangan mental, kelainan jantung bawaan, dan kelainan lainnya.
Rubella walaupun merupakan penyakit yang tidak berarti diluar kehamilan, jelas menungkatkan angka kematian perinatal yang sering menyebabkan cacat bawaan pada janin. Yang terakhir terutama dijumpai apabila infeksi terjadi dalam kehamilan triwulan I (30-50%), lebih dini lebih besar kemungkinannya. Diagnosis pasti dapat dibuat dengan isolasi virus, atau dengan ditemukannya titer antibodi Rubella dalam serum. Pemeriksaan satu kali saja tidak memberikan kepastian karena banyak orang dewasa sudah kebal terhadap Rubella. Apabila titer 1:10 atau lebih, maka ini dapat dianggap bahwa wanita sudah kebal. Apabila titer mula-mula 1:8atau kurang, pada pemeriksaan10-14 hari berikutnya ditemukan titer yang 4 kali lebih tinggi, maka kemungkinan viremia sangat besar, walaupun gejala-gejala klinisnya tidak timbul.
Penyakit ini disebabkan oleh virus Rubella, meskipun indikasi atau penyakitnya mirip dengan campak, tapi penyakit ini disebabkan oleh virus yang berbeda dengan virus campak. Penyakit ini biasa menyerang sekali seumur hidup jika terkena pada ibu-ibu hamil, virus rubella dapat menembus plasenta dan menyerang janin yang sedang tumbuh sehingga menyebabkan janin yang dikandung akan cacat.
Infeksi Rubella berbahaya bila terjadi pada ibu hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan, maka terjadi resiko kehamilan, maka terjadi resiko kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi terjadi pada trimester pertama maka resikonyamenjadi 25%
2.2.3  Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala pada penyakit Rubella adalah sebagai berikut.
1. Demam ringan, pusing, mata merah
2. Sakit tenggorokan
3. Ruam kulit setelah demam turun (warna merah jambu)
4. Kelenjar limfe membengkak
5. Persendian bengkak dan nyeri pada beberapa kasus.
6. Fotofobia
7. Abortus spontan
8. Radang artritis atau ensefalitis
9. Pada ibu hamil kadang tanpa gejala
Gejala – gejala infeksi Rubella : Pembengkakan pada kelenjar getah bening, demam di atas 38C, mata terasa nyeri, muncul bintik – bintik merah di seluruh tubuh, kulit kering, sakit pada persendian, sakit kepala, hilangnya nafsu makan.
2.2.4  Dampak pada Kehamilan
1. Insidensi anomaly congenital bulan pertama 50%, bulan kedua 25%, bulan ketiga 10% dan bulan keempat 4%. Pemaparan pada bulan pertama: dapat menyebabkan malformasi jantung, mata, telinga, atau otak. Pemaparan bulan keempat: infeksi sistemik, retardasi pertumbuhan intrauterin.
2. Infeksi rubella kongenital dapat menyebabkan sindrom rubella kongenital yang terdiri dari hal-hal berikut ini.
a. Pertumbuhan janin yang terhambat (merupakan kondisi yang paling sering terjadi).
b. Katarak yang dapat terjadi pada satu atau kedua mata. Katarak adalah pemutihan lensa mata sehingga mengakibatkan kebutaan menetap. Kelainan ini disertai dengan bola mata yang kecil.
c. Kelainan jantung bawaan
d. Hilang fungsi pendengaran akibat proses infeksi yang terjadi pada saraf pendengaran.
e. Radang otak dan selaput otak.
2.2.5  Pengobatan Infeksi Rubella
Tidak ada obat spesifik untuk mengobati infeksi virus rubella. Obat yang diberikan biasanya bersifat untuk meringankan gejala yang timbul. Hanya saja pada anak-anak dan orang dewasa, gejala-gejala yang timbul adalah sangat ringan. Bayi yang lahir dengan sindrom rubella kongenital biasanya harus ditangani secara seksama. Semakin banyak kelainan bawaan yang diderita akibat  infeksi kongenital, semakin besar pula pengaruhnya pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Biasanya infeksi rubella kongenital dipastikan dengan pemeriksaan serologi segera setelah bayi lahir, yaitu dengan terdeteksinya IgM Rubella pada darah bayi.
2.2.6  Pencegahan Penularan Virus Rubella
Cara yang paling efektif untuk mencegah penularan virus rubella adalah dengan pemberian imunisasi. Saat ini imunisasi yang dapat diberikan untuk mencegah rubella adalah vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella).
Pemberian imunisasi MMR pada wanita usia reproduktif yang belum mempunyai antibodi terhadap virus rubella amatlah penting untuk mencegah terjadinya infeksi rubella congenital pada janin. Setelah pemberian imunisasi MMR, penundaan kehamilan harus dilakukan selama 3 bulan.
2.2.7  Pemeriksaan Laboratorium
1. Anti Rubella IgM dan IgG, aviditas IgG bila perlu
2. Pemeriksaan penyaring (skrinning) pada saat ibu merencanakan kehamilan, awal kehamilan (minggu 1-17), wanita hamil yang dicurigai kontak dengan virus atau terdapat gejala klinis.
2.2.8  Hasil dan Tindak Lanjut
1. IgG (+) sudah pernah terinfeksi di masa lalu sehingga sudah kebal terhadap Rubella. Tidak diperlukan pemeruksaan lanjut, sampai dengan kehamilan berikut.
2. IgG (-), IgM (-)/(+) periksa ulang 1-4 minggu kemudian jika hasil tetap IgG (-), IgM(-) berarti belum pernah terinfeksi, oleh karena itu hindari sumber infeksi dan vaksinasi jika kehamilan belum terjadi. Sementara itu, jika IgG (+) dan IgM (+) berarti infeksi baru terjadi pertama kali. Jika IgG(-) dan IgM(+) berarti IgM tidak spesifik dan belum pernah terinfeksi. Oleh karena itu lakukan tindakan preventif dan vaksinasi jika kehamilan belum terjadi.
Cytomegalovirus atau lebih sering di sebut dengan CMV adalah infeksi oportiunistik yang berhubungan dengan HIV. Virus ini dibawa oleh sekitar 50% populasi dan 90% penderita dengan HIV.
Human Cytomegalovirus (HCMV/CMV) atau human herpes virus 5 ditularkan melalui kontak intim dan atau berulang dengan pengidap virus, melalui transmisi vertikaldari ibu ke janin, transfus produk darah dan transplantasi oragan atau sum-sum tulang dan donor sero positif CMV. Virus dapat ditemukan dalam urine, sekresi orofaring, sekresi serviks, vagina, semen, ASI, air mata, dan darah.
Pada manusia sehat dengan kehamilan atau imunokompeten penyakit infeksi CMV seringkali asymptomatik. Gejala yang kadang timbul berupa gejala mirip mononukleus tanpa disertai faringitis, tonsillitis, atau limfadenopati. Sedangkan,
Infeksi virus Rubella merupakan penyakit ringan pada anak dan dewasa, tetapi apabila terjadi pada ibu yang sedang mengandung virus ini dapat menembus dinding plasenta dan langsung menyerang janin. Rubella atau dikenal juga dengan nama campak jerman adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Rubella. Virus biasanya menginfeksi tubuh melalui pernafasan seperti hidung dan tenggorokan. Anak-anak biasanya lebih cepat sembuh dibandingkan orang dewasa.
Gejala-gejala infeksi Rubella : Pembengkakan pada kalenjar getah bening, demam diatas 380C, mata terasa nyeri, muncul bintik-bintik merah diseluruh tubuh, kulit kering, sakit pada persendian, sakit kepala, hilang nafsu makan.
3.2  saran
Kita harus waspada dengan cmv dan rubella karena gejala cmv dan rubella  jarang diketahui oleh penderita. Begitu pula keluhannya juga jarang disadari. Maka dari itu. Sebaik mungkin kita harus bisa menjaga diri agar tidak terinfeksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar