Loading

Jumat, 22 November 2013



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Mortalitas sebagai komponen dalam demografi merupakan komponen yang penting untuk diteliti karena memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu kelompok masyarakat, apakah akan berkembang, statis ataupun gagal untuk bertahan. Kesejahteraan ibu dan anak yang dipengaruhi oleh komponen mortalitas terkait erat dengan proses kehamilan, kelahiran dan paska kelahiran. Ketiga periode tersebut akan menentukan kualitas sumber daya manusia yang akan datang.
Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang dihadapi berbagai negara didunia terutama dinegara berkembang.Menurut Badan kesehatan dunia(WHO), angka kematian ibu diseluruh dunia diperkirakan 400 per 100.000 kelahiran hidup.Berdasarkan wilayah,di negara berkembang 440/100.000 kelahiran hidup,di Afrika 830/100.000 kelahiran hidup, di Asia 330/100.000 kelahiran hidup dan di Asia Tenggara 210/100.000 kelahiran hidup.Indonesia termasuk ke dalam 13 negara penyumbang kematian ibu terbesar didunia(Prabowo,2002).
Kematian yang disebabkan persalinan didunia internasional cukup merisaukan. Menurut laporan UNICEF dikemukakan angka kematian ibu di Filipina 100, Malaysia 59, Thailand 50,dan Singapura 10 per seratus ribu kelahiran hidup(Ristrini,2004). Angka Kematian Ibu(AKI) dan angka kematian bayi baru lahir (AKBBL) di Indonesia masih jauh dari target yang harus di capai tahun 2015 sesuai dengan kesepakatan sasaran pembangunan millenium. Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) melaporkan AKI tahun 2006 sebanyak 253/100.000 kelahiran hidup menjadi 248/100.000 Kekelahiran hidup tahun 2007. Pada tahun 2009 AKI 226/100.000 kelahiran hidup,tapi angka ini masih jauh diatas target AKI untuk MDGes (Millenium Development Goals) yang ditetapkan WHO sebesar 102/100.000 kelahiran hidup. Sementara AKBBL di Indonesia mencapai 35/1000 kelahiran hidup atau 2 kali lebih besar dari target WHO sebesar 15/1000 kelahiran hidup (Depkes,2008). Di Sumatera Barat AKI tahun 2006 sebesar 230/100.000 kelahiran hidup , tahun 2007 sebesar 229/100.000 kelahiran hidup,dan tahun 2008 sebesar 211,9/100.000 kelahiran hidup (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar,2009).

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 40 per 1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Neonatus (AKN) adalah sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup 1-2. Indonesia berkomitmen sesuai dengan deklarasi Mellinium Devalopment Goals (MDGs), untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 1/3 dari keadaan tahun 2000, yaitu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Menurut Depkes penyebab kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan (42%), eklamsia (13%), komplikasi abortus (11%), infeksi (10%), dan persalinan lama (9%) 1. Penelitian Chowdhury (2007) yang dilakukan di Pakistan, menyebutkan bahwa terdapat empat komplikasi penyebab langsung kematian ibu, yang tertinggi adalah partus lama sebanyak 1270 (24,5%), perdarahan 601 (11,6%), infeksi 485 (9,3%) dan kejang 166 (3,2%).     
Masalah kesehatan dan mortalitas sangat erat hubungannya dengan Angka Kematian Ibu (AKI) atau lebih dikenal dengan istilah maternal mortality (kematian maternal). Kematian maternal adalah kematian perempuan hamil atau kematian dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa mempertimbangkan umur dan jenis kehamilan sebagai komplikasi persalinan atau nifas, dengan penyebab terkait atau diperberat oleh kehamilan dan menajemen kehamilan, tetapi bukan karena kecelakaan.
Proporsi kematian bayi baru lahir di dunia sangat tinggi dengan estimasi sebesar 4 juta kematian bayi baru lahir pertahun dan 1,4 juta kematian pada bayi baru lahir pada bulan pertama di Asia tenggara. Hanya sedikit negara di Asia Tenggara yang mempunyai sistem registrasi kelahiran yang baik sehingga tidak diperoleh data yang akurat tentang jumlah kematian bayi baru lahir atau pun kematian pada bulan pertama. Dalam kenyataannya, penurunan angka kematian bayi baru lahir di setiap negara di Asia Tenggara masih sangat lambat (WHO, 2005).
Indonesia, yaitu 5 juta kelahiran per tahun. Di antara sekian juta pelaku aborsi, sebagian  besar Perilaku seksual dikalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Sekitar 1 juta remaja pria (5%) dan 200 ribu remaja wanita (1%) secara terbuka menyatakan bahwa mereka pernah melakukan hubungan seksual (Fuad, 2003 ; Depkes RI, 2006). Usia remaja pertama kali melakukan hubungan seksual aktif, lanjut Fuad bervariasi antara usia 14-23 tahun dan usia terbanyak adalah antara 17-18 tahun. Perilaku seksual pada remaja ini berakibat pada kehamilan diluar nikah, penyakit menular seksual dan maraknya kasus aborsi (Sarwono, 2003).

           

B.      Rumusan Masalah

C.    Tujuan

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kuliah dan agar mahasiswi lebih memahami lagi mengenai Angka kematian ibu, bayi, dan remaja di dalam masyarakat Indonesia.
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan issue-issue kebidanan komunitas berhubungan dengan kematian ibu ,bayi dan remaja
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian kematian secara umum
b. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab tingginya AKI dan AKB
c. Mahasiswa mampu menjelaskan permasalahan Indonesia dalam upaya penurunan AKI dan AKB
d. Mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan upaya global penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir
e. Mahasiswa mampu menjelaskan intervensi pokok menurunkan kematian ibu dan bayi baru lahir

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1  Angka Kematian Ibu Dan Bayi
1.      Angka Kematian Ibu
a.      Pengertian
Kematian adalah akhir dari kehidupan ketiadaan nyawa dalam organisme biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati secara permanen, baik karena penyebab alami seperti penyakit atau karena penyebab tidak alami seperti kecelakaan (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).
Kematian maternal adalah kematian wanita sewaktu hamil, melahirkan, atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak bergantung dari lama lokasi kehamilan, disebabkan apapun yang berhubungan dengan kehamilan atau penangananya, tetapi tidak secara kebetulan atau oleh penyebab tambahan lainya (Prawirohardjo S, 2002; 22).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masihmembutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus.
Di Indonesia, upaya Safe Motherhood diterjemahkan sebagai Upaya Kesejahteraan/Keselamatan Ibu. Istilah ”Kesejahteraan Ibu” menunjukkan ruang lingkup yang lebih luas, meliputi hal-hal diluar kesehatan, sedangan ”Keselamatan Ibu” mempunyai konotasi yang terkait langsung dengna aspek kesehatan. Dibandingkan dengan angka kematian bayi (selanjutnya disingkat AKB), perbedaan AKI ternyata jauh lebih besar. Hasil penelitian WHO dan UNFPA menunjukkan tingginya AKI di berbagai negara berkembang, serta lebarnya jurang antara keadaan di negara berkembang dan keadaan di negara maju. (AKI ) Angka kematian ibu sebagai akibat langsung / tidak langsung dalam 100.000 kelahiran hidup.




Gambar
Pencapaian dan Proyeksi Angka Kematian Ibu (AKI)
Tahun 1994-2015
(Dalam 100.000 Kelahiran Hidup)

Gambar diatas menunjukkan trend AKI Indonesia secara Nasional dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007, dimana menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran Hidup, meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia. Sementara target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)ada sebesar 226 per 100.000 Kelahiran Hidup
Namun berdasarkan SDKI 2012 angka AKI 359/100.00 kelahiran hidup. AKI menyimpang terhadap tren yang diharapkan terjadi. Tren aki semenjak tahun 1992 sampai 2007 cenderung turun. Tetapi tahun 2012 cenderung meningkat.
Berdasarkan data dari dinas kesehatan kota padang (DKK) terdapat 15 kematian maternal pada masa hamil,bersalin dan nifas. Terdapat 4 orang ibu hamil yang meninggal di daerah sekitar puskesmas ulak karang,lubuk kilangan,air dingin,dan lubuk buaya.Pada saat bersalin terdapat 9 orang yang meninggal di sekitar puskesmas andalas,ulak karang, alai, bungus, belimbing, kuranji, air dingin, lubuk buaya, anak air. Pada masa nifas terdapat 2 orang ibu yang meninggal  yaitu: di penggmbiran dan air dingin.

b.      Klasifikasi
1.      Direct obstetric deaths, yaitu kematian ibu yang langsung disebabkan oleh komplikasi obstetri pada masa hamil, bersalin dan nifas, atau kematian yang disebabkan oleh suatu tindakan, atau berbagai hal yang terjadi akibat tindakan-tindakan tersebut yang dilakukan selama hamil, bersalin atau nifas. Di negara berkembang, sekitar 95% kematian ibu termasuk dalam kelompok ini.
2.      Indirect obstetric deaths, yaitu kematian ibu yang disebabkan oleh suatu penyakit, yang bukan komplikasi obstetri, yang berkembang atau bertambah berat akibat kehamilan atau persalinan.

c.       Ruang lingkup
a.  Dunia
1)      180-200 juta kehamilan pertahun
2)       75 juta unwanted pregnancy
3)       50 juta kasus induced abortion
4)       20 juta kasus aborsi yang tidak aman
5)       600.000 kematian ibu (1 orang per menit)
6)       1 kematian ibu = 30 kesakitan ibu

b. Indonesia
1)      5 juta kehamilan per tahun
2)       20.000 kehamilan berakhir dengan kematian ibu
3)       AKI tertinggi di ASEAN 373/100.000 kelahiran hidup
4)       (SKRT, 1997)


d.      Penyebab Kematian Ibu :
a)      Langsung
Berhubungan dengan komplikasi obstetrik selama masa kehamilan, persalinan dan masa nifas (post-partum).
Mayoritas penyebab kematian ibu adalah penyebab langsung, seperti :

1.      Perdarahan                  : 45.2 % 
2.       Komplikasi Aborsi     : 11.1 %
3.      Eklamsia                      : 12.9 %
4.       Partus Macet              : 6.5 %
5.      Sepsis Postpartum       : 9.6 %
6.       Anemia                       : 1.6 %
7.      Ketuban pecah dini
8.      Cedera maternal
9.      Kehamilan ganda
10.  Lilitan tali pusat
11.  Kelainan letak lain selama kehamilan dan kelahiran.


b)      Tidak langsung : 14.1 %
Diakibatkan oleh penyakit yang telah diderita ibu, atau penyakit yang timbul selama kehamilan dan tidak ada kaitannya dengan penyebab langsung obstetrik, tapi penyakit tersebut diperberat oleh efek fisiologik kehamilan.
Ada juga yang yang dikenal dengan 3 “terlambat” dan 4 “terlalu”, yang terkait dengan faktor akses, sosial budaya, pendidikan, dan ekonomi. Kasus 3 Terlambat, yaitu:
1.      Terlambat mengenali tanda bahaya persalinan dan mengambil keputusan.
2.      Terlambat dirujuk.
3.      Terlambat ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
Berdasarkan Riskesdas 2010, masih cukup banyak ibu hamil dengan faktor risiko 4 Terlalu, yaitu:
1)   Terlalu muda, hamil dan melahirkan. Di zaman ini wanita cepat mengalami menstruasi, selain itu cepat nikah dan hamil sehingga resiko melahirkan tinggi. Secara medis umur dibawah 20 tahun alat produksi belum optimal, sehingga tidak disarankan untuk menikah terlebih dahulu.
2)   Terlalu tua. Usia di atas 35 tahun tidak disarankan untuk hamil karena resikonya tinggi. Dengan bertambahnya usia semakin menurunkan juga kualitasnya, sehingga rentan terhadap meninggalnya si ibu.
3)   Terlalu sering punya anak yang mengakibatkan sering terjadi pendarahan.
4)   Terlalu rapat jarak melahirkan. Belum terlalu pulih melahirkan pertama, melahirkan lagi sehingga punya resiko yang lebih tinggi pula.

Hasil Riskesdas juga menunjukkan bahwa cakupan program kesehatan ibu dan reproduksi umumnya rendah pada ibu-ibu di pedesaan dengan tingkat pendidikan dan ekonomi rendah. Secara umum, posisi perempuan juga masih relatif kurang menguntungkan sebagai pengambil keputusan dalam mencari pertolongan untuk dirinya sendiri dan anaknya. Ada budaya dan kepercayaan di daerah tertentu yang tidak mendukung kesehatan ibu dan anak. Rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi keluarga berpengaruh terhadap masih banyaknya kasus 3 Terlambat dan 4 Terlalu, yang pada akhirnya terkait dengan kematian ibu dan bayi.

ICD-X mendefinisikan beberapa periode berkaitan dengan kehamilan dan
kelahirannya sebagai berikut:

Ø  Masalah Kebidanan Komunitas

1)                              Periode Perinatal
periode antara umur gestasi 22 minggu lengkap (154 hari- usia dimana berat lahir normalnya mencapai 500gram) sampai 7 hari setelah dilahirkan. Dengan demikian yang dimaksud dengan kematian perinatal adalah kematian yang terjadi pada janin ketika usia kehamilan mencapai 22 minggu lengkap sampai pada saat 7 hari setelah dilahirkan.
2)      Periode neonatal
periode mulai saat bayi dilahirkan sampai dengan usia 28 hari. Kematian neonatal (yaitu kematian yang terjadi pada saat bayi baru lahir sampai berumur 28 hari) dapat dibedakan menjadi kematian neonatal dini dan kematian neonatal lanjut. Kematian neonatal dini adalah kematian yang terjadi pada bayi dalam periode 7 hari setelah bayi dilahirkan, sedangkan kematian neonatal lanjut adalah kematian yang terjadi pada bayi berusia 8-28 hari.

2.      Angka Kematian Bayi 
a.   Pengertian

 Angka kematian bayi ( Infrant Mortality Rate) merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat karena dapat menggambarkan kesehatan penduduk secara umum. Angka ini sangat sensitif terhadap perubahan tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Angka kematian bayi tersebut dapat didefenisikan sebagai kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun (BPS). Sedangkan untuk menghitung angka kematian bayi dapat dihitung dengan cara :
            Jumlah  kematian bayi  dibawah umur 1 tahun selama tahun x
AKB =                                                                                                            X 1000
            Jumlah kelahiran selama tahun x

b.               Konsep mati

Konsep mati perlu diketahui guna untuk mendapatkan data kematian yang benar. Dengan kemajuan ilmu kedokteran, kadang – kadang sulit untuk memberikan keadaan mati dan keadaan hidup secara klinik. Menurut konsepnya, terdapat 3 keadaan vital yang masing – masing bersifat mutually exclusive, artinya keadaanyang satu tidak mungkin terjadi bersamaan dengan salah satu keadaan lainnya.
Tiga keadaan vital tersebut ialah :

1. Lahir hidup ( live birth)
Lahir hidup yaitu, peristiwa keluarnya hasil konsepsi dari rahim seorang ibu secara lengkap tanpa memandang lamanya kehamilan dan setelah perpisahan tersebut terjadi, hasil konsepsi bernafas dam mempunyai tanda – tanda kehidupan lainnya, seperti denyut jantung, denyut tali pusat, atau gerakan – gerakan otot, tanpa memandang tali pusat sudah dipotong atau belum (Utomo,Budi. 2007 : 84)


2. Mati (death)
Mati adalah hilangnya semua tanda – tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup (Utomo,Budi. 2007 : 84).

3. mati (fetal death)
Lahir mati yaitu menghilangnya tanda – tanda kehidupan dari hasil konsepsi sebelum hasil konsepsi tersebut dikeluarkan dari rahim ibunya (Utomo, Budi. 2007 : 84).

Secara garis besar , dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang dikenal atau yang umum disebut dengan kematian neonatal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang duperoleh dari orang tuanya selama dalam kandungan (Badan Pusat Statistik).
Sedangkan kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan pengaruh lingkungan sekitar (Badan Pusat Statistik).



           Berdasarkan tabel menunjukkan kecenderungan kematian bayi dan kematian balita sejak SDKI 1991. Angka kematian bayi turun lebih lambat dalam tahun-tahun akhir, seperti yang biasa terjadi pada penduduk dengan angka kematian rendah. Angka kematian anak turun dari 44 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada SDKI 2007 menjadi 40 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada SDKI 2012.
           Berdasarkan data dari dinas kesehatan kota padang (DKK) terdapat 7 kematian balita yang didapat dari berbagai puskesmas,seperti:puskesmas ambacang terdapat 2 kematian yang disebabkan oleh diare dan DBD, 1 orang di puskemas andalas disebabkan diare, 2 orang di puskemas anak air, serta 1 orang di lubuk begalung, dan 1 orang di seberang padang.

c.       Faktor – faktor yang mempengaruhi kematian bayi

1)      Sarana pelayanan kesehatan
           Ketersediaan sarana kesehatan berupa rumah sakit merupakan faktor utama dalam menunjang kualitas hidup.
2)      Tenaga medis
            Semakin banyaknya tenaga medis maka tentunya dapat membantu peningkatan kualitas kesehatan
3)      Asupan gizi
Untuk memeiliki tubuh yang sehat maka seharusnya asupan gizi dalam tubuh harus memadai. Mulai anak dalam kandungan sampai dengan terlahir kedunia asupan gizinya haruslah diperhatikan,karena salah satu faktor yang dapat mengakibatkan kematian bayi adalah gizi buruk.
4)      Lingkungan
pencemaran adalah suatu proses yang terjadi dalam lingkungan yang sifatnya membahayakan kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan dan hal-hal yang berhubungan dengan ini, yang dihasilkan oleh tingkah laku manusia (Sukarni,Mariyati.1989:71).

Pencemaran dibedakan atas 3 macam pencemaran :
a. Pencemaran udara ( air pollution)
b. Pencemaran air (water pollution)
c. Pencemaran tanah (soil pollution)

Angka Kematian Bayi per 1000 kelahiran hidup
1.      Lingkup Masalah

a.    Dunia
·      3 juta kematian bayi baru lahir
·      3 juta kelahiran kelahiran mati
·      Hampir 90% terjadi di negara berkembang

b.      Indonesia
·      AKB di Indonesia 45,7 per 1000 kelahiran hidup
·      Kematian Bayi Baru Lahir memberikan kontribusi 47% terhadap AKB
·      50% dari kematian bayi baru lahir terjadi pada minggu pertama hidupnya.

2.      Penyebab Kematian Bayi
Menurut Manuaba 2010 :
a.       Asfiksia Neonatorum : 50% - 60%
b.      BBLR : 25% - 30%
c.       Infeksi : 25% - 30%
d.      Trauma Persalinan : 5% - 10 %

Melihat masih tingginya AKI dan AKB di Indonesia maka upaya kesehatan ibu dan bayi baru lahir menjadi upaya prioritas dalam bidang kesehatan. kematian bayi baru lahir menurut perkiraan SDKI tahun 2002-2003 adalah 22/1000 kelahiran hidup. Walaupun kematian bayi turun tetapi kematian bayi baru lahir di Indonesia masih tetap tinggi dan hal ini erat kaitannya dengan kurang baiknya penanganan komplikasi obstetri saat persalinan dan masih rendahnya status. kesehatan ibu.

Hubungan antara kematian bayi baru lahir dan kondisi ibu terkait dengan ”fenomena 2/3” yang terjadi yaitu:
1.      2/3 kematian bayi terjadi pada masa neonatal
2.      2/3 kematian neonatal terjadi pada masa perinatal
3.      2/3 kematian perinatal terjadi pada hari pertama
c.    Permasalahan Indonesia Dalam Upaya Penurunan AKI Dan AKB
Berbagai permasalahan masih dialami oleh Indonesia sehingga upaya penurunan AKI dan AKB sulit dilakukan. Permasalahan yang ada tersebut antara lain adalah :
1.      Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi menuntut adanya perubahan peran dan tanggung jawab di tingkat propinsi dan kabupaten/kota. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggung jawab penuh untuk merencanakan dan melaksanakan pelayanan kesehatan di daerahnya.
2.      Kesenjangan dalam penyediaan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Selain jumlah fasilitas yang tersedia masih terbatas, kualitas juga dinilai masih rendah.
3.      Kesenjangan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang tidak merata sangat erat hubungannya dengan kemiskinan, pendidikan wanita, faktor geografis dan pembangunan sosial.
4.      Kesenjangan dalam pembiayaan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Pelayanan di fasilitas kesehatan diberikan dengan cara pembayaran tunai, kecuali pelayanan bagi keluarga miskin di fasilitas kesehatan pemerintah. Pelayanan komplikasi yang tepat waktu dan adekuat sangat kritis untuk kelangsungan hidup ibu dan bayi baru lahir namun memerlukan biaya mahal. Keterbatasan dana merupakan masalah utama program kesehatan kabupaten.
5.      Kesenjangan dalam komitmen politik dan kebijakan terhadap kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Walaupun menurut hukum wanita berhak memperoleh pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir, namun di berbagai daerah pelayanan yang aman tidak tersedia secara adekuat. Hal ini disebabkan antara lain : kurangnya nakes terlatih yang memiliki motivasi kesehatan, persyaratan peraturan yang kompleks, atau kurangnya sumber dana.
6.      Kesenjangan dalam kerjasama dan koordinasi antara pemerintah dan mitra kerja seperti kerjasama antar departemen, dengan sektor swasta, LSM dan organisasi profesi serta lembaga donor. Kurangnya koordinasi di lapangan menciptakan tumpang tindih yang tidak dapat dihindari, pengawasan yang tidak efektif, kegiatan yang terkotak-kotak, penggunaan sumber daya yang tidak efektif dan kesulitan dalam memanfaatkan hasil kajian untuk perbaikan program dan perluasan intervensi.

d.      Perkembangan Upaya Global Penurunan Kematian Ibu Dan Bayi Baru Lahir
Upaya Safe Motherhood dirintis untuk mengatasi perbedaan yang sangat besar antara AKI di negara maju dengan angka tersebut dinegara berkembang. Upaya Safe Motherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan perempuan agar kehamilan dan persalinannya dapat dilalui dengan sehat dan aman, serta menghasilkan bayi yang sehat.
Tujuan upaya Safe Motherhood adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil, bersalin, nifas, disamping menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi baru lahir. Upaya ini terutama ditujukan kepada negara yang sedang berkembang, karena 99% kematian ibu di dunia terjadi di negara-negara tersebut (Wiknjosastro, H, 2006: 3).

e.       Intervensi Pokok Menurunkan Kematian Ibu Dan Bayi Baru Lahir
Sejak dilaksanaknnya konferensi internasional Safe Motherhood di Nairobi tahun 1987, hampir setiap negara berkembang berusaha sekuat tenaga untuk menurunkan angka kematian ibu. Di negara yang mempunyai AKI tinggi, biasanya ditemukan banyak masalah, seperti kemiskinan, tingkat pendidikan dan status pendidikan yang rendah, sanitassi dan status gizi yang buruk, transportasi dan pelayanan kesehatan terbatas. Bila semua masalah tersebut dapat diatasi, maka AKI dapat dipastikan akan turun. Semuanya itu biasanya tidak dapat diatasi dalam waktu singkat. Namun demikian penurunan AKI masih mungkin dilakukan sebelum masala-masalah tersebut teratasi. Maine dkk mengidentifikasi “rantai penyebab” kematian ibu dan menghubungkannya dengan strategi intervensi yang dikelompokkan dalam tiga kategori sbb (Wiknjosastro, H, 2006: 5):
1. Mencegah/memperkecil kemungkinan perempuan untuk menjadi hamil. Selama seorang perempuan tidak berada dalam kehamilan, ia tidak mempunyai risiko kematian ibu. Dengan demikian, menurunkan angka kesuburan perempuan merupakan cara yang efektif untuk mencegah kemungkinan menjadi hamil sehingga menghilangkan risiko kematian akibat kehamilan/persalinan.
2. Mencegah/memperkecil kemungkinan perempuan hamil mengalami komplikasi dalam kehamilan/persalinan. Analisi menunjukkan bahwa kebanyakan kejadian komplikasi obstetri tidak dapat dicegah atau diperkirakan sebelumnya, kecuali misalnya induksi abortus yang tidak aman. Disamping itu, telah lama diketahui bahwa kelompok perempuan tertentu mempunyai risiko yang lebih besar terhadap kematian dari pada kelompok perempuan lainnya. Misalnya, kejadian kematian terendah pada kelompok perempuan yang melahirkan pada usia 20-an.
3. Mencegah/memperkecil kematian perempuan yang mengalami komplikasi dalam kehamilan/persalinan. Walaupun kebanyakan komplikasi obstetri tidak dapat dicegah dan diperkirakan sebelumnya, tidak berarti bahwa komplikasi tersebut tidak dapat ditangani. Mengingat bahwa setiap ibu hamil berisiko untuk mengalami komplikasi obstetri, maka mereka perlu mempunyai akses terhadap pelayanan kegawat-daruratan obstetri. Dengan penanganan yang ade kuat, hampir semua kematian ibu dapat dicegah.

f.        Langkah-Langkah Menurunkan Kematian Ibu Dan Bayi
Untuk menurunkan angka kematian ibu yang masih tinggi diperlukan peran serta semua pihak, langkah-langkah yang dapat diambil diantaranya adalah:
1. Memberikan advokasi kepada para pemegang kebijakan, agar dapat membantu mengeluarkan kebijakan-kebijakan dan program-program guna penurunan angka kematian ibu.
2. Memberikan KIE kepada setiap elemen masyarakat mengenai pentingnya kesehatan ibu dan penurunan angka kematian ibu.
3. Menambah dan melatih tenaga-tenaga kesehatan agar bisa membantu pengentasan masalah kesehatan khususnya membantu dalam proses persalinan ibu.
4. Memberikan pelatihan kepada dukun tradisional dan mengikutsertakan dukun tradisional pada sistem rujukan dalam proses persalinan ibu melahirkan sehingga proses persalinan ibu dapat ditangani oleh tenaga-tenaga professional.
5. Perlu ditingkatkannya akses pada sarana dan pelayanan kesehatan sehingga dapat menjangkau masyarakat yang tinggal di daerah terpencil.
6. Mengubah paradigma masyarakat mengenai pentingnya kesehatan ibu dan peran serta para ibu dalam proses menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas untuk pembangunan.


2.2  Angka Kematian Remaja
a.Defenisi Remaja
               Adalah Mereka yang berusia antara 10 – 24 tahun, baik pria maupun wanita ( Menurut PBB ). Fase remaja dibedakan menjadi  beberapa tahap, yaitu pra-pubertas (sebelum akil baliqh) usia bawah 10 tahun, remaja (usia 10-14 tahun), remaja tengah (15-19 tahun) dan remaja akhir (usia 20-24).

b.   Lingkup Permasalahan Kematian Remaja :
1.   Sekitar 1 milyar (1 diantara 6 manusia) adalah remaja
2.   2. 85% nya hidup di negara berkembang
3.   Rata-rata pernah melakukan hubungan seks pertama kali di bawah usia 15 tahun.
4.   60% kehamilan pada remaja adalah kehamilan yang tidak diinginkan
5.   15 juta remaja usia 15-19 tahun pernah melahirkan Di Indonesia :
·   Jumlah penduduk remaja usia 10 – 24 tahun adalah 64 juta orang atau sekitar 31% dari total populasi.
·   Diperkirakan 8.3% penduduk remaja usia 10-19 tahun sudah menikah.
·   Sekitar 10% remaja sudah aktif secara seksual tanpa proteksi terjadinya kehamilan.
·   Kehamilan di usia remaja meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas yg lebih Abesar dibanding wanita berusia diatas 20 tahun.

c.               Penyebab Kematian Remaja
1)      Kehamilan Remaja
9          Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kehamilan di usia remaja disebabkan terutama karena kurangnya informasi yang didapat remaja mengenai kesehatan reproduksi, Adalah abortus yang dilakukan oleh orang yang tidak terlatih/kompeten sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian. Seperti :
a)      Kehamilan usia remaja seringkali berakhir dengan aborsi yang biasanya tidak aman dan meningkatkan resiko kematian.
b)      Pada negara-negara tertentu, abortus yag tidak aman memberi kontribusi
sekitar 50% dari seluruh kematian ibu. Perkiraan WHO (1994) :
·         Terdapat 20 juta kasus abortus yang tidak aman di seluruh dunia per tahun
·         Terjadi 700.000 kematian maternal akibat abortus tak aman per tahun
·         1 dari 8 kematian yang berkaitan dengan kehamilan disebab kan oleh abortus beresiko.
Abortus di Indonesia
·         Spontan                 : 10 – 15% dari 6 juta kehamilan = 600 – 900.000
·         Buatan                   : 750.000 – 1.5 juta
·         Profil Abortus
·         Menikah                : 89%
·         Belum menikah     : 11%
·         Umur 19 th            : 15%
·         Umur  20 – 29 th   : 51%
·         Umur 30 – 39 th    : 26%
·         Umur 40                : 8%

Aborsi yang tidak aman (unsafe abortion)
cara abortus :
·         Cara Tenaga Medik Dukun/Sendiri
·         Kuret isap 91 %
·         D/C 30%
·         PG/Suntik 4%
·         Obat - 8%
·         Jamu - 33%
·         Pijat - 79%
·         15% - 45% kematian ibu disebabkan komplikasi keguguran
·         Sebagian besar kasus terjadi di wilayah pedesaan
·         Terbatasnya provider terampil dan sistem rujukan kesehatan
·         Di Indonesia persalinan yang masih ditolong dukun atau tenaga non nakes sebesar 30%
·         Terutama di daerah pedesaan 70%-80% persalinan berlangsung di rumah
·         Masih kurang koordinasi antara nakes dan dukun bayi
·         Masih ada dukun bayi tak terlatih
·         Komplikasi yang mungkin timbul karena pertolongan persalinan oleh dukun/non nakes
·         Partus macetKematian Janin Dalam Rahim
·         Ruptur Uteri
·         Perdarahan akibat kesalahan pertolongan, robekan jalan lahir, retensio plasenta, solutio plasenta.
·         Infeksi berat
·         Mortalitas bayi

2)         Penyakit Menular Seksual ( PMS )
Penyebab banyaknya kasus PMS termasuk HIV/AIDS yang terutama diderita
remaja adalah :
a)   Perilaku seks yang tidak aman
b)   Kurangnya informasi mengenai kesehatan reproduksi, NAPZA yang didapat remaja
c)   Belum optimalnya program Pendidikan Seks bagi remaja
d)  Kurangnya akses remaja terhadap alat kontrasepsi terutama kondom untuk mencegah penularan PMS dan HIV/AIDS.
e)   Kecenderungan perempuan/remaja putri lebih besar untuk terinfeksi PMS dan HIV/AIDS
f)    Meningkatkan resiko mortalitas dan morbiditas.

Macam –macam penyakit menular yang menyebabkan kematian remaja :
a)Sifilis
b)   Gonorre
c)HIV/AIDS
d)  Condiloma acuminata dll

3)      Kecelakaan lalu lintas
Kecelakaan lalu lintas adalah salah satu pembunuh masa depan nomor satu negeri ini, kenapa tidak???. Cukup banyak generasi kita yang kehilangan nyawa dijalan raya yang kejam. Banyak factor yang mempengaruhi seperti : sarana dan prasarana transportasi yang kurang memadai dan kurangnya kesadaran dari pengendara. Kecelakaan yang menimpa anak remaja saat ini tergolong sangat besar, ini dikarenakan kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya, selain itu banyak juga remaja yang menjadi pelaku kecelakaan seperti yang sedang marak saat ini.
4)      Penggunaan obat-obatan
Dikalangan para remaja, obat-obatan terlarang saat ini sangat mudah menyebar  di kalangan para remaja. Pengaruh dari pergaulan teman yang menjerumuskan kearah tersebut  sehingga banyak kita temukan para remaja kita kecanduan narkotika, sehingga banyak dari mereka yang tidak bisa lepas dari ketergantungan yang berakibat pada kematian.

5)      Bunuh diri
Beban hidup yang tak mampu lagi dijalani sepenuhnya berakibat pada jalan terakhir, yaitu bunuh diri. Factor yang sulit untuk menyelesaikan masalah yangt tak bisa ditemukan, karena beban malu, rasa bersalah yang berlebihan, dan juga spiritual yang begitu tipis dalam jiwa.
6)      Pembunuhan
Banyak kekerasan yang menimpa kaum remaja kita seperti maraknya tawuran dimana-mana dan juga Negara yang mengalami gejolak peperangan, banyak para remaja yang menjadi korban pembunuhan dan pembantaian massal.


BAB III
                                                         PENUTUP

3.1  Kesimpulan

        Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus.
  Angka kematian bayi tersebut dapat didefenisikan sebagai kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun (BPS). Sedangkan untuk menghitung angka kematian bayi dapat dihitung dengan cara :
        Jumlah  kematian bayi  dibawah umur 1 tahun selama tahun x
AKB =                                                                                                            X 1000
        Jumlah kelahiran selama tahun x
        Remaja Adalah Mereka yang berusia antara 10 – 24 tahun, baik pria maupun wanita ( Menurut PBB ). Fase remaja dibedakan menjadi  beberapa tahap, yaitu pra-pubertas (sebelum akil baliqh) usia bawah 10 tahun, remaja (usia 10-14 tahun), remaja tengah (15-19 tahun) dan remaja akhir (usia 20-24).

3.2. Saran
Setelah ditarik kesimpulan sebagaimana tersebut di atas selanjutnya penulis mengajukan beberapa saran, yaitu sebagai berikut :
1.      Untuk Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat berpartisipasi dalam upaya menekan AKI dan AKB serta AKR sesuai kemampuan dan teori yang sudah didapatkan.


2.      Untuk Akademi
Diharapkan Akademi dapat memberikan penilaian terhadap mahasiswa apakah sudah memahami penjelasan dari tugas yang diberikan.
3.      Untuk Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat mengetahui AKI dan AKB serta AKR dan upaya-upaya yang sudah dan yang akan dilaksanakan untuk menekan AKI, AKB dan AKR.